Senin, 16 Juli 2012

Kesempatan Kedua


Di malam yang dingin, hanya nyanyian jangkrik yang terdengar sesekali.   Hembusan angin yang dingin menusuk tulang. Di sertai suara hujan yang hiruk-pikuk, yang ingin memecahkan gendang telinga. Petir menyambar silih berganti. Mimpi-mimpi berserakan di mana-mana. Hiasan lampu yang penuh cahaya, kini gelap gulita. Hujan yang turun kali ini, sepertinya ada yang janggal. Menandakan akan terjadi sesuatu. Aku takut. Gelisah. Bingung. Pikiran tak karuan, melayang entah kemana. Semua keluarga juga tidak ada. Biasanya istriku masih mengaji. Alunannya sangat menyentuh jiwaku dan anakku, Siti biasanya masih menonton.Tapi ini lain, tak ada seorang pun di rumah. Mereka pergi entah kemana. Tak ada yang bicara padaku.
Tiba-tiba terdengar jeritan-jeritan yang begitu memilukan jiwa . Menggetarkan hati “Ada apa orang ribut, tapi tak ada orangnya. Aku heran, kemana mereka sebenarnya?. Tak ada satu pun yang dapat kulihat. Hanya kegelapan. Lama-kelamaan hujan mulai reda, tapi butir demi butir masih mencemaskan. Aku dihantui perasaan was-was.
Terdengar kembali suara orang yang berteriak. ”Lari…ada badai, ada badai, selamatkan diri kalian”. Tapi, tetap saja tidak ada yang kulihat. Kuberanikan diri untuk keluar ke jalanan untuk memastikan. Apakah aku berhalusinasi. Terdengar suara hentakan kaki. Tapi, tak ada orangnya. Ada yang menyuruhku lari. Bahkan ada yang menabrakku sampai aku terjatuh. Aku terinjak-injak. Tak ada yang menolong. Ataupun mendengarku. Semua badanku terasa sakit. Tak bisa bergerak. Kini semua suara yang aku dengar hilang dan terdengar lagi suara lain seperti air yang begitu dahsyat. Kupaksakan diriku berdiri dan apa yang kulihat. Ternyata air yang begitu besar berbentuk tangan yang mengambil semua yang dilaluinya. Kupanggil istri dan anakku, tapi tak ada sau pun yang menyahut. Aku pun lari. Kulihat ada pohon tinggi dan besar. Aku berpikir mungkin aku bisa berlindung di sini. Kupanjat pohon itu dan apa yang terjadi??. Aku malah dihempaskan tanah dan bergeser jauh dariku. Aku pun bertanya-tanya. Tiba-tiba pohon itu berkata “Untuk apa aku menolongmu, kau pun selalu menebangku seenaknya”. Air sudah mendekat dan menghancurkan sebagian desa. Aku terus berlari. Kulihat ada kuda. Mungkin kuda itu bisa aku tunggangi. Tapi apa yang terjadi. Kuda itu malah menghantamku dan berkata “Aku tidak akan menolongmu, karena engkau selalu menyiksaku”. Kemudian aku sampailah di depan mesjid yang begitu mewah dan lumayan tinggi. Mungkin Allah SWT akan menolongku tidak seperti pohon dan kuda yang tadi. Kumelangkahkan kakiku dengan pasti. Kubuka pintu mesjid. Namun lagi-lagi tak sesuai harapanku. Mesjid itu hilang. Aku sangat kaget. Dan terdengar suara yang menggeleger, seakan-akan aku tak punya kekuatan. Suara itu berkata ”Untuk apa kau masuk ke tempat-Ku .Jika kau tak mau tunduk dan sujud pada semua perintah – Ku”. Melihat sudah berada lima langkah di belakangku, aku pun berlari tanpa menghiraukan suara itu.
Akhirnya karena kelelahan kupasrahkan tubuhku dihempas, diterjang air yang besar itu. Tak ada yang dapat kuperbuat. Ingin Kumenjerit, tapi tak ada yang akan menolongku. Inginku bertaubat tapi sudah terlambat. Hanya satu kata yang bisa kuharap ”Maafkan aku”. Aku sudah tak bisa merasakan apapun. Tapi,  seketika ada sebuah kekuatan agar aku tetap hidup. Kubuka mata perlahan-lahan dan kujadikan tanganku sebagai kaki untuk menopang tubuhku. Karena kakiku tertindih mayat-mayat. Betapa sedihnya aku, ketika kulihat tubuh yang berserakan tak ada yang menolong. ”Apakah hanya aku yang hidup?”. Ternyata tidak. Kulihat sinar yang begitu terang di depanku. Ingin kuraih tapi tidak bisa. Padahal hanya sejengkal dari depanku. Tak terasa butir-butir air mataku jatuh tak terbendung lagi.
Tiba-tiba hati nurani dan semua anggota seluruh badan ikut menangis. Hati nuraniku berkata “ Seandainya kau mendengarkan kata-kataku, pasti nasibmu tidak akan seperti ini. Kau hanya menganggap kata-kataku angin berlalu saja”. Yang membuatku merinding tiba-tiba dari sinar yang tadi muncul lelaki tua berpakaian putih. Dia mengajariku untuk apa kita hidup di dunia ini dan apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan dalam kehidupan. Aku sangat menyesal dengan perbuatanku. Bukan membawaku kekebaikan tapi malah membawa aku kekeburukan. Memang kesenangan yang didapat dari cara yang tidak baik pasti hasilnya tidak akan lama. Semuanya akan kembali pada pemiliknya. Aku baru menyadari itu semua.
Lantunan azan subuh seketika menyadarkanku dari penyesalan. Kata demi kata sangat menusuk hati dan mampu membuatku terbuai. Kusandarkan tubuhku dan telingaku sepuas-puasnya mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Sungguh indah. Ku tersadar dalam keadaan ini dan kulihat di sekelilingku, lampu-lampu menyinari sudut desa dan setiap rumah warga begitupun kamarku. Kulihat isteriku masih tertidur pulas. Ternyata ini semua hanya mimpi. Hanya mimpi. ”Terima kasih ya Allah…kau  telah memberiku kesempatan.” Kubangunkan isteri dan anak-anakku untuk salat berjamaah. ”ALHAMDULILLAH……” bisikku dalam hati. Thanks, oh God

Tidak ada komentar:

Posting Komentar